Senin, 09 Mei 2011

Perwilayahan Agroekosistem

Dalfiansyah FP Unsyiah, 2011
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT , atas rahmat dan hidayanya sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan dan mungkin dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan kami mohon maaf sebesar – besarnya.
Atas perhatiannya penulis ucapakan terima kasih.
Wassalamualaikum wr. Wb.











Banda Aceh , 08 mei 2011 
Penulis 
I.      PENDAHULUAN
Latar belakang
          Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris. Dengan sebutan Negara agraris dapat diketahui bahwa sektor yang menjadi unggulan adalah sektor pertanian. Hampir sebagian besar jumlah penduduk di Indonesia bekerja pada sektor pertanian seperti petani baik yang penggarap maupun pemilik dari lahan pertanian itu sendiri, ataupun bekerja pada organisasi, badan-badan yang berkecimpung di dalam sektor pertanian. Kenyataan yang berjalan di Indonesai menimbulkan kesan bahwa sebutan negara agraris dirasa kurang sesuai dengan kondisi lapangan. Hal ini dikarenakan sektor non pertanian justru mendapat tempat diatas sektor pertanian itu sendiri. Pertanian dianggap sebagai sebuah sektor yang kurang menguntungkan.Di dalam tataran normatif seperti Rencana Tata Ruang Wilayah. Keberadaan pertanian sebagai sebuah aktivitas kurang mendapat perhatian yang khusus disbanding aktivitas yang lain. Kondisi ini dapat terlihat dalam perwilayahan komoditas, aktivitas pertanian kurang mendapat sorotan yang lebih mendetail mengenai jenis pertanian pada tataran Rencana Tata Ruang.
Daerah pertanian secara regional memiliki pertumbuhan perekonomian yang didominasi oleh sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan dan Hortikultura. Namun sektor pertanian kurang dapat memberikan nilai tambah bagi pelaku pertanian. Merespon dari hal ini diperlukan perbaikan kinerja sektor pertanian secara komprehensif meliputi kegiatan produksi dan pasca produksi. Respon tersebut dapat diimplementasikan ke dalam perwilayahan komoditas pertanian Peran dari perwilayahan komoditas adalah bagaimana mengarahkan pola komoditas pertanian sehingga dapat mengoptimalisasi guna lahan pertanian.Perwilayahan Komoditas pertanian yang akan dikembangkan menyangkut aspek pemasaran, kelembagaan, infrastruktur, dan kesiapan sumber daya manusia. Aspek kelembagaan, sumber daya manusia dan infrastruktur merupakan komponen-komponen pembentuk tipologi perwilayahan komoditas pertanan sebagai dasar pengembangan kawasan pertanian dalam pengembangan
ekonomi wilayah. 
II.   TINJAUAN PUSTAKA
Pembangunan pertanian dirumuskan untuk mencapai optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam dan teknologi tepat guna yang murah, sederhana, dan efektif disertai penataan dan pengembangan kelembagaan di perdesaan. Sejalan dengan arah pembangunan pertanian tersebut, peran pemerintah diharapkan mampu memfasilitasi kebutuhan petani terutama terkait dengan rekomendasi teknologi spesifik lokasi berbasis potensi alam di daerah. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, pendekatan dalam perencanaan pembangunan pertanian diharapkan mampu berorientasi pada resources base yang berarti bahwa kedudukan sumberdaya alam di suatu wilayah merupakan titik sentral perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
Peta pewilayahan komoditas memberikan informasi spasial terkait karakterisasi kesesuaian lahan melalui identifikasi dan evaluasi potensi sumberdaya lahan. Evaluasi lahan merupakan salah satu usaha untuk menilai kesesuaian suatu bidang lahan untuk pengembangan komoditas pertanian yang diwujudkan dalam bentuk peta pewilayahan komoditas. Potensi dan kesesuaian lahan di setiap wilayah berbeda-beda, tergantung pada kondisi kualitas atau karakteristik lahan, yang ditentukan oleh faktor tanah, air, dan iklim. Adanya keragaman sifat-sifat tanah, air, dan iklim, dapat digunakan sebagai dasar pemilihan berbagai komoditas yang sesuai untuk dikembangkan di suatu wilayah.
Dengan adanya informasi spasial dalam bentuk peta pewilayahan komoditas, diharapkan tidak lagi terjadi kesalahan alokasi zona budidaya untuk komoditas tertentu, sehingga produk pertanian yang dihasilkan menjadi lebih optimal, baik kuanatitas, kualitas maupun kontinuitasnya. serta mampu mengurangi resiko pertanian akibat cekaman kekeringan, banjir, bencana alam dan outbreak hama dan penyakit.

A.    Wilayah Agroekosistem
Wilayah  daerah (kekuasaan, pemerintahan, pengawasan), lingkungan daerah (provinsi, kabupaten, kecamatan) Administratif lingkungan kerja perangkat pemerintah pusat yg menyelenggarakan tugas pemerintahan umum di daerah. Antar wilayah yg ada dalam batas antar suatu kantor pos. Kerja daerah yg menjadi kekuasaan dl menjalankan tugas, kecamatan yg terpencil itu masih termasuk kerja kabupaten ini. Mewilayahi mencakupi daerah daerah kerjanya - bukit itu. Perwilayahan  hal-hal yg berhubungan dng wilayah, dl system kabupaten Tangerang dimasukkan ke dl wilayah pembangunan. Sewilayah  satu wilayah, seluruh wilayah.
Agroekosistem Pertanian yg bersifat hubungan timbal balik antara sekelompok manusia (masyarakat) dan lingkungan fisik dr lingkungan hidupnya guna memungkinkan kelangsungan hidup kelompok manusia (masyarakat) itu.
Perwilayahan Agroekosistem adalah suatu peroses penggolongan wilayah berdasarkan keriteria tertentu. Misalnya:
a.       Wilayah alamiah dan fisik
Pengglongan wilayah yang didasarkan kepada ketampaan yang sebagian besar didominasi oleh objek-objek alam, contoh wilayah pertanian dan kehutanan.
b.      Wilayah ketampakan tunggal
Berdasarkan suatu ketampakan, misalnya berdasarkan vegetasi, hewan dan iklim.
Wilayah Agroekosistem adalah lingkungan yang dibutuhkan untuk  pertanian yang berbentuk suatu area yang tergabung dari komunitas pertanian, yang berguna untuk pendapatan tertinggi bagi petani, menekan jumlah hama, dan untuk melangsungkan hidup petani tsb.
B.     Tujuan perwilayahan agroekosistem
Arah pembangunan pertanian adalah peningkatan pendapatan dan taraf hidup petani, memperluas lapangan kerja dan kesempatan usaha, mengisi dan memperluas pasar serta menunjang pembangunan wilayah dan bias menekan jumlah populasi hama. Hal ini dapat diwujudkan melalui sistem pertanian berkelanjutan yang maju, efisien dan tangguh. Sistem pertanian yang memiliki ciri tersebut hanya akan terwujud apabila lahan digunakan secara tepat dengan cara pengelolaan yang sesuai. Dengan mempertimbangkan keadaan agroekologi, penggunaan lahan berupa sistem produksi dan alternatif komoditas yang tepat dapat ditentukan. Seperti juga propinsi lainnya, Sumatera Utara memiliki kondisi biofisik, sosial, ekonomi dan budaya yang beraneka ragam sehingga sulit untuk menentukan anjuran penggunaan sistem pertanian yang tepat. Perwilayahan berdasarkan agroekologi dapat menyederhanakan keanekaragaman tersebut. Dengan menggunakan komponen utama agroekologi berupa iklim, fisiografi dan tanah, wilayah Sumatera Utara dapat dikelompokkan berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama di mana keragaan tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak akan berbeda secara nyata. Dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang terpadu dan memadai mengenai keadaan lingkungan Sumatera Utara maka dalam tahun 1996/1997, perwilayahan Sumatera Utara berdasarkan agroekologi sudah dilakukan dan menghasilkan Peta Perwilayahan Sumatera Utara berdasarkan Agroekosistem dengan skala 1:250.000. Kegiatan ini dilanjutkan dalam tahun 1997/1998 dengan menentukan sistem pertanian dan alternatif komoditas yang sesuai berdasarkan karakteristik biofisik wilayah melalui penerapan sistem pakar dengan menggunakan parameter elevasi, suhu, kelembaban, fisiografi, lereng, drainase serta jenis tanah. Hasil kegiatan yang berupa pola penggunaan lahan menurut anjuran dibandingkan dengan tata guna lahan yang ada untuk menyusun bentuk-bentuk intervensi yang perlu diupayakan. Selanjutnya dengan menggunakan peta alternatif komoditas anjuran yang ditumpang tepatkan dengan peta wilayah tingkat pendapatan dan ketersediaan tenaga kerja serta hasil analisis I/O dapat ditentukan komoditas unggulan untuk Sumatera Utara. Untuk menyediakan informasi yang terpadu dan memadai mengenai keadaan sumberdaya ekonomi wilayah, data sekunder setiap kecamatan dikumpulkan dan dipadukan dalam peta biofisik wilayah dengan menggunakan sistem GIS map-info. Dengan demikian, peta akan memberikan data biofisik wilayah dan juga sosial ekonomi yang sangat bermanfaat dalam memberikan arahan upaya pengembangan pertanian di suatu wilayah. Laporan ini menyajikan hasil studi yang sudah dilakukan dalam tahun 1997/1998 meliputi kondisi biofisik wilayah Sumatera Utara dan hasil analisis intervensi terhadap tata guna lahan eksis untuk setiap Kabupaten. Penentuan komoditas unggulan Sumatera Utara dan contoh pangkalan data yang tersedia juga disajikan dalam laporan ini.

C.     Faktor-faktor perwilayahan agroekosistem
Peta pewilayahan komoditas memberikan informasi spasial terkait karakterisasi kesesuaian lahan melalui identifikasi dan evaluasi potensi sumberdaya lahan. Evaluasi lahan merupakan salah satu usaha untuk menilai kesesuaian suatu bidang lahan untuk pengembangan komoditas pertanian yang diwujudkan dalam bentuk peta pewilayahan komoditas. Potensi dan kesesuaian lahan di setiap wilayah berbeda-beda, tergantung pada kondisi kualitas atau karakteristik lahan, yang ditentukan oleh faktor – faktor tertentu.
1.      Faktor – faktor Eksternal
-       Tanah
-       Air dan
-       Iklim (suhu, kelembaban, curah hujan dll).
2.      Faktor – faktor Internal
-       Dukungan Pemerintah setempat
-       Dukungan Masyarakat setempat.
3.      Faktor – faktor Eksogen
-       Kebijakan pemerintah (dalam bentuk undang-undang).
-       Komponen-komponen yang bias diubah-ubah oleh pemerintah
-       Hukum dan Undang-undang
-       Fisik dan lingkungan
-       Biaya produksi (bersifat Internal dan eksternal)
-       Teknologi pertanian masyarakat
-       Aksessibilitas lokasi
-       Permintaan masyarakat (local dan luar)
-       Sumber daya manusia
-       Keterkaitan antar wilayah
-       Prefensi petani dan masyarakat
-       Ekonomi makro. 
KESIMPULAN
Dari hasil yang telah kami diskusikan, kami mendapatkan beberapa kesimpulan, yaitu:
1.      Dapat meningkatkan produktivitas pertanian
2.      Dapat menekan populasi hama yang mengganggu tanaman
3.      Meningkatkan kesejahteraan petani
4.      Memperluas lapangan kerja dan kesempatan usaha
5.      Mengisi dan memperluas pasar
6.      Menunjang pembangunan wilayah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Id.www.malut.litbang.deptan.go.id. [08-05-2011].
Anonim. 2008. kamus.sabda.org/kamus/perwilayahan. [08-05-2011].
Www.geographiclearning.wetpaint.com/page/Perwilayahan. [08-05-2011].
Www. malut.litbang.deptan.go.id. . [08-05-2011].



Tidak ada komentar:

Posting Komentar